top of page

Detik Terakhir Persahabatan

Saat ini tepat malam 1 Rabi'ul Awal dan hampir Maulid Nabi. Seperti biasa, setiap kamis aku dan teman-temanku pergi ziarah ke makam Sunan Kudus. Yang sudah berkumpul saat ini baru kedua temanku yang berkulit sawo matang. Pipin dan Widan. Pipin yang tingginya hampir sama denganku. Agak pendek memang. Sekitar sepundak Wildan. Pantas saja Wildan tinggi karena dia pemain basket. Serasa kurang kalau bertiga. Akhirnya kami mengajak teman kita yang paling malas kalau diajak ziarah. Satu-satunya dari teman sebayaku di tempatku yang berkulit kuning langsat sepertiku. Namanya Fahmi. Langsung saja kami kerumahnya dan mulai memanggil namanya."Mi.. Fahmi..." Teriak kami yang kompak membuat adanya jawaban dari dalam rumah."Mi, diluru kancamu..." Suara yang menjawab itu kalau tidak kakak perempuanya, mungkin ibunya. Tak lama, Fahmi keluar dengan memakai celana pendek, dan rambut jabrik yang basah."Lapo?" Selalu itu yang dia katakan ketika kami mengajak ziarah. Padahal sudah dijawab oleh pakaian rapi bersarung dan berpeci kami. Tanpa menjawab, dia sebenarnya sudah tau maksud kami.“Kesel aku" Dan seperti biasa, begitulah jawabanya. dia paling banyak alasan. Tapi kami selalu memaksanya."Halah alasan, Ayore""Gage salin cepetre""Ayo""Saiki?" Jawabnya sambil tersenyum dengan wajah tanpa dosa dan pura-pura mengantuk."Mbesok!" Jawab kami agak sebal."Sek, tak salin." Katanya sambil Masuk. Beberapa saat kemudian, Fahmi keluar dengan pakian rapi. Seperti biasa, dia seperti mandi minyak. Pasti kalau pakai baju koko dia pakai minyak sebanyak itu. Dan seperti biasa, kalau dia sudah rapi kami selalu menggodanya."Kue meh reng ndi?" Tanyaku iseng."Muleh yok..." Tambah Wildan sambil tersenyum. Kami selalu tertawa ketika melakukan hal itu. Dulu pertama kali kami goda dia, dia bilang "Hem.. he'e raaa... Seng apek kue..."Tapi makin lama, dia menggunakan kalimat lain."yo, wis yo tak mlebu""Hahaha, ayo re" Ajak Pipin. Setelah itu kami ziarah ke menara seperti biasa.Disepanjang perjalanan ziarah, kami bercerita tentang berbagai macam hal. Terutama tentang bulan hijriyah ini. Biasanya kalau tgl 1 Rabiul Awal Masjid kami mengadakan Pengajian Albarjanji selama 12 hari berturut-turut. Atau biasa kami sebut "Berjanjen".Aku teringat Masa kecil kami, sekitar 6 tahunan yang lalu. Kami pasti mengikuti lomba "Anteng-antengan" (Diam dan Tenang). Dulu, kami semua pernah sekelompok. bersama Tomo, Wildan, Pipin, Fahmi, dan teman-teman lain. Berulangkali kami memenangkanya.Tapi sekarang bukan zaman kami. Sekarang zamanya anak-anak yang baru. Yang kecil-kecil dan calon penerus Masjid kami.Setelah ziarah, di perjalanan pulang Fahmi ingin langsung pulang kerumah tanpa kumpul dengan kita. Dia memang paling malas kalau kumpul dengan teman-teman. Tapi sih dia tetap mau kalau kami paksa. Kasihan dia selalu kami paksakan. Tapi dia akhirnya tetap ikut ngobrol bareng kami. Hingga akhirnya kita kumpul biasa dan mengobrol dirumah Pipin. Kami teringat kalau habis Isya’ pasti ada berjanjen."Pie, berjanjen tah gak?" Tanyaku pada mereka."Kue pie Wil?" Tanya Pipin ke Wildan."Sembarang" Jawab Wildan"Mangkat wae, iki pembukaan, terus gak usah mangkat neh. Tapi nek tanggal 12 mangkat neh. jajane akih. hahaha" Saranku bercanda."He'e sip.. haha" Ujar Wildan dengan diiringi tawa kecil kami."Wes tah, ayo mangkat." Ajakku agak memaksa mereka. Karena sudah lama aku tak ikut berjanjen di Masjid. Akhirnya kamipun berangkat ke Masjid dengan tangan sibuk main hp.Apa yang kami harapkan disaat brjanjen itu bukan jajanan. Tentu saja syafa'at. tapi selain itu, yang paling kami harapkan adalah kami tidak disuruh maju kedepan untuk membaca. Meskipun kami sudah kelas 11, tapi kami belum bsa membaca Alberjanji. Padahal Alqur'an kami fasih membacanya karena kami lulusan TPQ yang sama disebelah Masjid itu.Akhirnya kami ikut bergabung di kerumunan suci itu. Ikut duduk bersama meskipun sempat di lihat-lihat oleh anak kecil. Tak Masalah bagiku. Yang jadi Masalah memang kalau kami dipaksa membaca kedepan. Tapi sepertinya tidak. Karena malam ini ramai sekali. namanya juga 1 rabi'ul awwal. Kami duduk bersebelahan dengan urutan dari kiri Wildan, Pipin, Fahmi, Aku.Beberapa menit berlalu, datang seseorang disamping kami. Laki-laki dewasa yang Masih ada ikatan saudara jauh denganku. Kami memanggilnya Pak Akmal. Karena dia adalah guru kami di TPQ dulu. Pak Akmal menjabat tanganku dan fahmi karena kamilah yang paling dekat duduknya. Beberapa saat kemudian Pak Akmal membisikan sesuatu padaku."Sholachuddin, nanti diumumke neng adik-adike yo, besok lomba anteng-antengan selama 12 hari. Koyok biasane" Pintanya Pak Akmal halus dengan bahasa Jawa campur Indonesia."Lho pak, jangan saya pak. ini saja pak, Fahmi saja" Aku memohon sementara Fahmi menoleh heran."Wes ah wong loro""Halah pak, Fahmi mawon pak" Pak akmal hanya menghiraukanku dan langsung berdiri pindah tempat kedepan untuk membaca Al-berjanji. Fahmi yang tadi kebingungan kemudian menengok kearahku."Lapo mau?""Biasa, nko kue dikon ngumumno" Jawabku santai"Mit aku.. mbek kue ah.""Wes tah gampang..." Teman-teman yang lain ikut memerhatikan kami yang berbisik-bisik ditengah bacaan Al-berjanji.Saat Asraqalpun tiba, kami semua berdiri dengan bersholawat kepada Rasulullah. Dengan khusyuk seluruh Masjid ikut mengumandangkan Shalawat nabi. Tapi itu juga tak begitu lama. Kini saatnya duduk kembali. Aku yang merasa bosan mengajak Fahmi yang disampingku mengobrol. Kebetulan dia sedang SMSan."SMSan karo sopo tah? ijeh karo sekelasmu iku?" Tanyaku iseng."Yo""Tembak ah, gak usah kesuen..""Mboh yo, ge’e si wes nge'i tanda-tanda""Lha kue seneng tah gak?""Tapi kadang aku sebel kok" Jawab Fahmi. Dia memang sedang jatuh cinta dengan seseorang di kelasnya. Tapi aku lupa namanya. Memang dia pernah cerita tapi aku tak begitu tau tentang kisah-kisahnya. Yang aku tau mantanya cuma satu. Tapi kenapa tadi dia waktu ziarah bilang kalau minta dicarikan kenalan.-Flashback-"Aku lurokno kenalan re.." Ujar Fahmi."Kenalan seng pie?" Tanyaku membalas Fahmi."Seng apik pokoke. Seng macem mbek aku.""Sopo yo.. hmm... mantanku pie?" Jawabku sambil tersenyum jahat."Moh, wes mbok tipaki kabeh""Ngawur. Heh, iki lho lurukno kenalan" Aku berbicara sama Pipin."Eish.. koncone Ista pie mek?" Ujar Pipin"Sopo?" Tanya Fahmi"Ki lho takon wildan.. Dulure kancane Wildan.""Oh iku.. iku gapopo" Kata Wildan"Jaremu wes ndue pacar.. pie tah?" Tanyaku pada Pipin."Eh iyo.." Jawab Pipin kecewa."Iku lho Wildan barang lurokno..haha" Godaku pada Wildan."Lho.. aku ki nyante.." Jawab Wildan memang benar-benar santai."Wes ayo muleh ah.." Ajakku pada mereka dan kami pun pulang kerumah dan meninggalkan Masjid menara.***Kini berjanjen telah selesai. Sesuai kata Pak Akmal tadi. Kami pasti akan disuruh mengumumkan. Saatnya pura-pura tidak dengar, dan mengalihkan pandangan dari Pak Akmal yang ada di depan. Aku yang pura-pura tak tahu kalo di lambai-lambai Pak Akmal tetap saja tidak bisa. Karena anak-anak kecil ikut memanggil kami."Mas iko lho""Aduuhhh.. gawat..." Pikirku."Saya nggak berani Pak... Fahmi saja" Kataku berbisik dengan jarak jauh."Ayo kesini Sholachuddin.. sst.. cepet. Fahmi barang""Iko lho kue Mi.. ayo""Kok aku ku..."Aku dan Fahmi saling dorong hingga akhirnya Fahmi yang maju. Fyuuh... aman... deh..Saat Fahmi berdiri aku sambil berkata."Tenang bro, tak jagakno jajanmu. haha" Senyum jahatku muncul lagi”"Kakuati.." Gumam Fahmi. Akhirnya Fahmi maju kedepan dan Pak Akmal mengumumkanya bersama dengan Fahmi."Assalamu'alaikum warahmatullahiwabarakatuk" Anak-anak kecilpun menjawab dengan berteriak-teriak."WAALAIKUM SALAM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH...!!!""Adik-adik, ada pengumuman. Memperingati ulang tahun nabi muhammad SAW, mulai besok ada berjanjen berturut-turut selama 12 hari dan ada lomba anteng-antengan. Jadi besok kalian cari kelompok. 1 kelompok 8 orang nanti bisa daftar ke Mas Fahmi atau Mas Sholachudin yang disana." Aku pura2 tidak tahu. “Mending fokus ke jajan saja. hahaha..” Pikirku. Pak Akmal melanjutkan perkataanya"Jangan lupa pakai sarung, baju putih, yang kompak. nanti ada hadiahnya. Ya.." Ujar pak akmal sambil tersenyum. Fahmi pun kembali ketempatnya duduk tadi."Mece kue.." kata Fahmi.."Lho.. gapopo si sekali-kali . berarti kue mangkat terus lho. Melu bijini lomba.""Kue barang lho..""Yoyo.. gampang.."***Masa berganti Masa, zaman juga pasti berganti. Kini bukan zaman aku mengikuti lomba itu lagi. Saatnya kami yang sudah dewasa untuk meneruskan Masjid ini. Ikut meramaikan Masjid juga. Dan kini kami menjadi juri lomba. Setidaknya aku harap teman-teman yang lain ikut membantu. Apalagi Fahmi yang paling malas kalau diajak ikut kumpulan. Pasti alasanya "Awaku gak kepenak iki" Padahal dari wajahnya tampak segar bugar. Dasar pembohong.Tapi mungkin aku tak bisa sepenuhya menjadi juri lomba di Masjid ini. Karena aku kalau malam juga jadi guru les untuk anak SD. Yah.. mungkin aku akan melemparkan tugas ini beberapa hari. Tapi malam kedua aku tetap berangkat karena ini malam pendaftaranya.Sholat Isya’ juga sudah selesai, sekarang aku harus siap-siap mendata nama-nama anak-anak kecil disini. Tadi juga sudah banyak anak kecil yang menghampiri aku dan Fahmi. Sialnya Pak Akmal tidak menyuruh kami membawa perlengkapan tulis.Aku dan Fahmi mencari kertas dan pulpen di ruang Adzan. Sialnya kami tidak menemukan apa-apa. Yang ada hanya spidol. Dan disini hanya ada Kertas Berita Duka. Kira-kira sopan gak ya, mendata nama anak-anak di kertas berita duka? halah gapapa. Ini juga tujuanya baik. Aku pun mengambil kertas itu. Sedikit deg-degan aku membaca kertas yang bertuliskan Innalilahi itu.Aku membayangkan bagaimana jika namaku yang ada disana. Aku juga tahu mati itu tak mengenal usia. Ah. berpikir apa aku ini, sudahlah.. aku ambil saja kertas ini dan mulai mendata."Mi, age data kue." Suruhku."Aku ae..""Wes tah, gentenan-gentenan.."Kini Fahmi sedang mulai mendata anak-anak yang ikut lomba. Lagi pula kan kemarin dia yang disuruh mencatat. Iya sih, aku juga. Tapi biarlah sekali-kali dia yang ada di depan. Dengan kertas berita duka yang dibawanya, dia mencatat nama-nama kelompok lomba di baliknya. Ada 4 kelompok yang terdaftar. Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.Memang sudah tradisi diMasjidku kalau lomba "Anteng-antengan" itu pasti memakai nama Khulafa'urRasyiddin. Tapi itu karena anak-anak sudah semakin sedikit, berbeda dengan 6 tahun lalu waktu aku dan teman-temanku Masih mengikutinya. Dulu ada kelompok dengan nama lain. seperti Abu Nawas juga. Sungguh rindu Masa-Masa itu. Apalagi itu memang perlu kerjasama kelompok yang makin mengeratkan persahabatan kami.***Kalau kemarin Fahmi yang mencatatnya, sekarang saatnya tugasku di hari kedua. Tapi sialnya hari ini aku diMasjid sendirian. Pipin, Wildan tidak kemari. Bahkan yang lebih buat aku jengkel, Fahmi yang mendapat amanat menjadi juri lomba malah tidak datang juga. Karena aku jengkel langsung saja aku marahi dia lewat SMS."Heh, gage neng mesjid. Nek kue gak rene Aku mulih!" Tak lama dia langsung membalas. Tumben dia punya pulsa."Sory, awaku lagek gak penak. Angger urusi kue sek""Gak usah alasan! Gage rene! nek ogak wes aku gak ngurusi!" Gertaku padanya."Ojo egois re, iki aku lagi neng dokter" Karena dia bilang ke dokter, mungkin kali ini aku akan memakluminya. Entah dia bohong atau tidak. Tapi selama ini dia tidak pernah berbohong kepadaku. Entahlah... Tapi kan tidak mungkin juga pura-pura sakit. Tidak akan ada orang yang berani pura-pura sakit. Kan pasti takut kalau akhirnya sakit betulan."Mending pura2 mati saja. hahaha.." Candaku dalam hati. Yasudah tak apa malam ini aku di Masjid tanpa teman-temanku. Harapanku disini Masih sama seperti malam pertama aku berjanjen. Berharap tidak disuruh baca kitab Alberjanjinya. Karena saat itu adalah moment-moment paling awkward atau canggung yang aku rasakan. Udah disuruh, pura-pura gak denger, ee malah di colek anak kecil. Aku nolak, ketahuan seMasjid kalo gak bisa. Ah, gpplah, bukan cuma aku yang tidak bisa. Teman-temanku juga tidak bisa. Namanya juga sahabat, pasti sehati. haha...Ternyata tanpa aku ketahui sebelumnya, malam kali ini Masjid ini menggunakan rebana. Padahal disini menggunakan kitab Al-berjanji "Natsar". Tapi si tidak Masalah kalau buat menyemarakan Masjid.Malam ini benar-benar untung aku tidak disuruh membaca Al-berjanji, tapi sebagai gantinya aku disuruh ikut menabuh rebana. Nah, kalau ini aku gak akan nolak karena aku bisa. Yasudah aku terima saja. dari pada menanggung malu karena tak bisa membaca. Teman-temanku juga bisa rebana. kan memang sehati.***Asap hitam dari angkasa mewarnai langit malam menjadi merah tua. Bintang tak kelihatan pada saat ini. Entah kemana mereka sekarang. Mungkin karena bulan juga tak hadir. Aku rasa merekalah sahabat setia sehidup semati. Kalau bulan tak ada, bintang pun tak ada. begitupun sebaliknya. Sungguh indah ciptaan sang kuasa yang mengajarkan setitik ilmu yang bisa kupetik dari peristiwa malam ini. Tetapi karena awan mendung ini, cuacapun semakin memburuk. Akhirnya atap langitpun tak kuat menahan rembesan air dari surga. Hujan mulai turun dan membuat malam ini sangat dingin. Sialnya saat ini aku Masih ditempat aku mengajar les.Ah, terpaksa aku tak bisa berangkat berjanjen malam ini. Sebenarnya hawa dingin ini juga ikut membawa hasrat malasku ke Masjid. Aku jadi ingin tetap dirumah kakak sepupuku. Tapi HPku sudah berbunyi berkali-kali. Seperti dugaanku, ini SMS dari Fahmi."Heh, gage neng mesjid" Hah, mungkin inilah saatnya aku balas dendam kemarin."Sory, aku neng pak dheku, aku kejebak udan. Angger urusi kue sek, kertase neng sorok Adzanan mesjid""Mece kue..""Halah kue re ndek bengi gak mangkat kok"Tapi setelah itu dia tidak membalas. Mungkin karena berjanjen Masjid sudah dimulai. Karena sayup-sayup kumandang sholawat sudah mulai terdengar bersahutan antar Masjid bersamaan dengan suara hujan yang sangat deras. Tapi rasa tak tega pada Fahmi. Akhirnya aku SMS dia lagi."Angger jaki Pipin, Wildan, Tomo"***Ternyata malam ini cerah. Meskipun jalanan Masih basah karena hujan kemarin-kemarin. Untuk pertama kali inilah aku bisa kompak berangkat bersama Fahmi. Ya meskipun tanpa teman lainya karena kesibukan Masing-Masing. Namanya juga anak SMK.Aku, Fahmi, Pipin, Wildan sama-sama anak SMK tapi berbeda sekolah. Aku satu sekolah di SMK NU Ma'arif dengan Pipin, Fahmi sekolah di SMK Wisuda Karya, sementara Wildan yang paling jauh sekolah di SMK Pembangunan Pati. Karena itulah dia yang paling sibuk.Padahal Wildan dulu berasal dari SMP 3 Kudus. Rumahnya saja daerah Kudus barat, sekolahnya di SMP daerah Kudus timur. Semakin ketimur, sekarang dia sampai Pati. Anak perantauan ya beginilah. Kalau TKW saja disebut pahlawan devisa, mungkin dia bisa disebut siswa devisa. hahaha... pikirku konyol.Dan dulu Aku, Pipin, dan Fahmi yang sekolah di madrasah. Pipin di MTs Assalam, Aku dan Fahmi di MTs NU TBS. Jadi aku lumayan tahu sifat Fahmi sudah lama.Yah, meskipun Aku juga anak SMK, aku tak sesibuk teman-temanku. Tapi walau begitu Fahmi tetap rela hadir di Masjid. Aku yakin karena tanggung jawabnya. Bukan karena keinginanya sendiri. Kali ini gantian dia yang menilai anak di Masjid.***Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul setengah 9 malam. Berjanjen pun selesai. Aku dan Fahmi dihampiri mantan ketua Jami'iyah Pemuda Masjid. Kami memanggilnya Mas Abdu."Sesok, kue karo Fahmi njurini lomba-lomba yo. Ono Adzan, Sholat, Wudhu, karo Moco berjanjen. Tomo karo Wildan Jak barang." Kata Mas Abdu kepada kami.Padahal sebenarnya Tomo itu sekarang paling susah kami hubungi. Dia jarang ke Masjid. Setahuku sih dia seorang gamers. Tapi aku tak tau dia yang sekarang. Akhirnya aku dan Fahmi mengiyakan permintaan Mas Abdu. Dan aku yang akan broadcast teman-temanku untuk memintanya membantu proses penjurian besok.***Adzan Maghrib sudah mulai berkumandang. Satu-satunya hal yang kuingat adalah perkataan Mas Abdu kemarin. Nanti habis Maghrib aku harus mengumpulkan teman-teman untuk menjadi juri lomba di Masjid. Setelah Sholat, aku langsung mengulang SMSku semalam. Dan Alhamdulillah kali ini teman-teman tidak pada sibuk. Cuma Pipin yang tidak bisa karena ada acara sendiri.Setidaknya Masih mendapat bantuan dari Sigit. Dia anak SMP yang selama ini meramaikan Masjid. Dia yang membaca Kitab Al-Berjanji tiap kamis malam. Kami semua merasa malu karena kalah pada Anak SMP kelas 8. Sigit ini adalah sepupu dari Tomo. Katanya Tomo tidak dirumah. Yasudah mungkin kali ini ada 4 juri. Aku, Sigit, Fahmi, dan Wildan.Aku dan Sigit memegang lomba baca AlBerjanji dan Sholat, Fahmi dan Wildan memegang lomba Adzan dan Wudhu. Disinilah keadilan kami diuji dengan sifat-sifat nakal anak-anak kecil. Tapi bagiku ini biasa. Aku juga pernah nakal seperti mereka. Bahkan kami pernah. Tapi suatu saat mereka bakal menjadi penerus Masjid ini kelak.Tak lama sebelum Adzan Isya’ berkumandang, Mas Abdu datang ke Masjid. dia menghentikan lomba ini karena sudah tiba waktunya Isya’. Dia bilang dilanjutkan besok. Padahal hari ini baru melaksanakan lomba Adzan, Al-Berjanji dan Wudhu. Jadi besok kami harus melanjutkan lomba Sholat. Sayangnya besok malam senin. Jadi aku mengajar Les sehingga aku bilang pada teman-temanku kalau tidak bisa ikut besok.Tapi meskipun sedah selesai penjurian, nanti tetap harus ikut berjanjen. Tapi malah Fahmi nyeletuk."Wes ra iki? Aku tak muleh.""Col kue. Kue kon jurini kok. Mangkat kudune." Bentaku padanya"Awaku rak kepenak kok" Katanya dengan wajah biasa. Sekarang kebohongan benar-benar nampak diwajahnya. Mungkin kemarin-kemarin dia pura-pura ke dokter. Jelas-jelas dia sehat tapi pura-pura sakit."Wes rak sah ngapusi kue. Mati ae mati!" Sigit menoleh kearahku yang sedang marah pada Fahmi."Wong Wildan re mbalek kok." Bantah Fahmi."Ge'e ncen ono tugas kok. wes tah mangkat""Yo, yo ah. tapi tak balikno HP sek.""Awas ra, nek mbalek. Tak Ampiri kue.." Ancamku dan Fahmi pun pulang mengembalikan HP sementara aku dan Sigit Sholat Isya’. Dan setelah Sholat, aku dan Sigit ke rumah Tomo. Ternyata dia sudah di rumah. Tapi dia tidak mau ke Masjid. Katanya besok. Baiklah, kalau urusan dengan Tomo aku tidak memaksa. Dan Seperti Janjiku tadi, aku juga ke rumah Fahmi untuk menghampirinya supaya ke Masjid.***10 malam tak terasa telah terlewati. Dan sialnya Fahmi jarang berangkat. Seolah-seolah tugas ini hanya aku yang melaksanakanya. Sebenarnya di malam yang hampir terakhir ini Fahmi hampir tak berangkat. Tapi karena keadaan darurat aku memaksanya. Kertas duka tempat data peserta lomba sudah hancur. Gara-gara ikut tercuci di bajuku. Ibuku tak mengetahuinya. Hingga kertas itupun hancur. Sebenarnya masih bisa dibaca ketika kering. Tapi ini alasan saja agar Fahmi mau berangkat di malam terakhir ini. Akupun kerumahnya bersama Sigit. Seperti biasa dia beralasan capek. Padahal jelas lebih capek aku yang saat ini mengurusi banyak kegiatan. Karena aku pimred di Redaksi sekolahku. Apalagi hampir PKL, jadi aku harus segera selesaikan majalah sebelum bulan Januari berakhir."Mangkat kue kudune, kertase kekumbah ibukku. Dadi sesuk kue datani neh." Paksaku di depan rumahnya."Mit..bok apusi ah.." Ekspresinya dengan melongok tak percaya."Tenan, sumpah. teles yo...""Ndi buktine""Wong teles kok.. gak iso dinggo..""Yo wes karepem. Sesok terakhir lho. Langsung di kekno Pak Akmal juara-juarane. Nek kue bengi iki gak mangakat aku gak urusan, wong kue seng dikon biji. Kue seng ngumumno." Kataku lagi melanjutkan."Yo yo ah... sek tak salin" Fahmi pun Masuk dengan terpaksa karena aku. Padahal dia ngakunya capek. Selalu saja itu alasanya."Mas, ndak temenan no?" Tanya sigit padaku."He'em, teles. Ndelalah yo kekumbah. Munggoh ogak leh Ge'e gak gelem mangkat.""Tak kiro etok-etok" Ujar sigit tak percaya dengan pokerfacenya. Tak lama, Fahmi keluar dengan bau minyak yang banyak. Dia memang selalu memakai minyak sebanyak ini. Seperti saat ziarah."Ambunem iku lho..""Lapo enak ra?? haha" Sahutnya sambil tertawa kecil."Gembuleng ngene enak.""Pipin karo Wildan ndi?""Paling ge'e sesok. Kan sesok terakhir jajane akih.. haha...""Mit..og.. haha.." Kami tertawa bersama. Sigit pun ikut nyeletuk pada kami."Ndek mau Mas tomo tak ampiri jare muni moh og.""Halah jarno. biasa." Jawabku santai. Kami pun keMasjid dan mulai melaksanakan tugas masing.***Inilah malam yang ditunggu-tunggu. Puncak dari maulid nabi. Kelahiran nabi agung Muhammad SAW yang dirayakan seluruh umat sedunia. Dan besok adalah hari libur nasional tentunya. Karena itulah akhirnya untuk kesekian kalinya sahabat-sahabatku bisa berkumpul bersama saat maulid Nabi ini. Tapi ini bukan pengajian umum. Ini Masih berjanjen biasa dan pengumuman juara lomba "Anteng-antengan". Yang paling menarik itu ada tradisi yang unik dari tahun ketahun. Setelah berjanjen selesai, para sesepuh Masjid memberi doorprize untuk anak-anak kecil yang bisa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan Rasul. Seperti nama ayah, ibu, paman, dll. Sayangnya pertanyaan itu untuk anak-anak kecil. Sedang yang dilakukan anak seusiaku yaitu menipu anak-anak."hahahaha" Jahat sekali kami ini. Jadi nanti kita sesatkan jawaban anak-anak supaya mereka salah. Ya salah sendiri anak-anak muda seusiaku tak boleh ikut. Lagipula hadiahnya sih gak seberapa. Cuma alat tulis. Tapi memang sangat asyik sekali malam ini karena hanya sekali dalam setahun.Malam ini memang lengkap. Bahkan geng-geng berandal dari daerah sebelah juga ikut keluar dari sarangnya untuk ke Masjid. Karena memang kalau malam terakhir ini jajanya juga banyak. Tapi memang sangat lama. Apalagi proses pembagian hadiahnya.Kami semua duduk bersebelahan di baris belakang. Tapi kali ini aku meninggalkan mereka karena harus ikut menabuh rebana. Untungnya kertas juara sudah siap. Jadi aku tak menilai lagi. Aku harap tak salah memilih juara kali ini. Keputusan ini juga hasil musyawarahku dengan Fahmi.Tapi malam ini tidak termasuk pengumuman juara lomba-lomba yang kami nilai kemarin. Karena lomba-lomba tersebut seperti Adzan, Sholat, dll akan diumumkan saat pengajian umum. Tepatnya tanggal 19 Januari. Masih sekitar seminggu lagi dari sekarang. Tentu saja aku akan menghadirinya. Demi meramaikan Masjid ini. Meskipun teman-temanku tak menghadirinya.***Siang ini aku sudah dirumah. Karena kalau hari minggu jadwal sekolahku cuma 3 pelajaran. Dan aku senang karena ini hari minggu. Oh iya, malam ini adalah malam pengajian umum Masjid Wijilan. Pantas saja dari tadi terdengar suara sholawat berkumandang dari speker Masjid. Tentu saja aku akan ikut ambil bagian untuk persiapan acara itu. Aku langsung saja SMS ketua jami'iah Masjid yang sekarang. Dia pengganti Mas Abdu. Aku memanggilnya Mas Edi. Dia memang anggota jami'iyah yang paling dekat denganku. Karena dia sering curhat tentang orang yang dia cintai kepadaku. Tentu saja karena dia mencintai teman yang paling dekat denganku. Dan sama-sama saling curhat padaku. Namanya Lida. Bisa dibilang mantanya sih. Karena suatu hal, hubungan mereka tak bisa dilanjutkan lagi."Aku gak mbok jak rewang mesjid?" SMSku padanya. Tak lama, dia langsung membalasnya."Wes muleh? Kue rene tah tak parani?""Parani ae ah. Sek tak Sholat.""Yo, datane lomba mesjid gowo. Diluru Abdu" SMS dia yang itu belum sempat kubaca karena aku sudah ke kamar mandi dan bergegas untuk Sholat. Setelah Sholat, aku tak menjawab SMS itu dan langsung SMS dia supaya dia segera menjemputku. Dan tak lama kemudian, dia sudah datang dengan motornya. Aku keluar sambil mengenakan jaket karena cuaca hari ini sangat dingin meskipun cerah. Dan aku berfirasat kalau bakal hujan."Kue meh reng ndi?" Tanyanya padaku. Pertanyaanya persis seperti pertanyaan yang sering kugunakan ketika menggoda Fahmi saat mau ziarah."Emange gene?" Tanyaku benar-benar tak paham."Kok gowo jaket barang.""Atis" Jawabku singkat. Dan kamipun segera ke Masjid. Kenapa hari Minggu selalu dingin ya? Dan kenapa hari jum'at selalu panas? Aku bertanya pada diriku sendiri. Dan mungkin ini cuma kebetulan saja. Di perjalanan ke Masjid naik motor, Mas Edi berbicara denganku."Ge'e mau bar didolani pacare og" Katanya padaku yang langsung aku tahu siapa yang dia maksud. Tentu saja Lida. Siapa lagi yang dia bicarakan kepadaku kalau tidak tentang temanku."He'e no?" Hanya jawaban itu yang bisa aku ucapkan."Hayo, padahal tak SMS mau ge'e muni nek ape lungo""Kue kok reti?""Mau aku pas lewat reti motore pacare""Yo, sok tak takonine. Eh jare mau luru daftar lomba? Kan di dokok Fahmi sorok mesjid.""Mboh, jarene Abdu rak ono. Wes angger engko omongi dewe."Karena jarak rumahku ke Masjid tak begitu jauh, hanya sedikit dialog kami. Akhirnya kami sampai di Masjid. Aku ingin langsung menemui Abdu dan menjawab tentang hasil lomba itu. Tapi dia kelihatan sedang sibuk memasang dekorasi. Yasudah aku tunda nanti saja. Dan tentu saja karena Masjid sedang ada acara, pasti siang-siang begini banyak anak kecil yang main kesini. Termasuk adiknya Pipin yang dari tadi keliling naik sepeda. Adiknya sekarang kelas 5 SD. Namanya Dula. Dula pun langsung menghampiri Mas Edi yang ada di teras Masjid. Memang mereka sudah saling kenal dan juga tahu kalau Mas Edi suka sama Lida. Tentu saja karena Lida itu sepupunya Pipin."Mas, ki wonge lagian lungo neng jeporo mbek keluargane ambek pacare barang." Kata Dula kepada Mas Edi."Ndek kapan? Lagi?""He'e""Oh... yo wes." Kata Mas Edi yang kemudian Dula melanjutkan sepedaanya. Dan Mas Edi pun baru datang di Masjid langsung duduk dan menonton Mas Abdu yang sedang sibuk memanjat dan mendekorasi. Aku pun disini cuma duduk saja melihat mereka. Dan kalau ada yang bisa kubantu, pasti kubantu. Disini juga banyak tersedia hidangan. Tak mungkin aku langsung mengambilnya. Kan kita orang berbudi. tidak mungkin lancang langsung ambil. Apalagi orang Indonesia. Yasudah, kemudian kuambil Handphone disaku dan langsung mulai membuka Facebook. Tradisi orang Indonesia ya Update status dulu dong.Kubuka pemberitahuanku satu per satu, dan baru aku menulis status. Langsung kubaca kabar berita terbaru dari teman-teman Facebookku. Disana Aku melihat status Himmatul Allya Chusna. Dia bilang mau jenguk Fahmi. Aku langsung terkejut tapi biasa. Langsung saja aku komentari."Sakit apa?""Mosok gak tau? Dirumah sakit""Rumah sakit ndi?""RSUD" Jawab Hima di statusnya. Di Masjid itu pun seketika langsung aku SMS Fahmi."Kue loro opo?""Mboh, sesok lagi reti hasil TESe" Jawab dia lewat SMS langsung. Padahal dia masih sakit. Aku tak habis pikir kalau dia sakit. Mungkin itu parah sampai hasilnya belum diketahui. Langsung aku bicara kepada Mas Edi."He, Fahmi loro kok"“Loro opo?”"Mboh, ki ge'e neng rumah sakit.""Mlane kok pas ngeterno undangan berjanjen seng nampani Mbake" Aku rasa baru aku yang tahu tentang hal ini. Aku harus beritahu teman-teman yang lain. Tapi mungkin nanti ketika waktu luang. Di luarpun tiba-tiba hujan. Benar dugaanku. Untung saja aku membawa jaket. Dan kini akhirnya aku mendapat tugas juga. Aku ikut membantu proses dekorasi Pengajian Umum nanti malam.Tapi hujan ini pun tak lama. Dan setelah hujan reda, aku diajak Mas Edi mengambil alat rebana di desa sebelah. Kubantu saja sebisaku. Meskipun hujan masih rintik-rintik membasahi bumi. Dan setelah itu, kami langsung kembali ke Masjid. Disana aku melihat ada dua bus mini yang baru tiba disamping Masjid. Mobil itu mengeluarkan anak-anak. Oh, ternyata itu anak-anak TPQ yang berada disamping Masjid ini. Ternyata benar dugaanku. Memang mereka baru saja pulang dari rekreasi. Seperti biasanya kalau setelah di wisudha, siswa-siswa TPQ akan mengadakan tamasya. Dan dari kejauhan aku melihat adiknya Lida. Tapi yang paling aku heran, ternyata ada adiknya Fahmi juga. Dia tidak ikut dirumah sakit. Langsung saja aku tanya Adiknya Fahmi ketika dia sudah dekat dengan Masjid."Lho, Ja, Mas mu loro opo?" Tanyaku pada Naja yang sedang membawa tas di tangan dan juga menggendong tas besar."Hm.. iku.. neng rumah sakit." Jawabnya polos"Lha, kue gak melu?""Ogak""Neng RSU ra?""He’em" Jawabnya sambil terus berjalan kerumahnya. Aku kemudian kembali kedalam Masjid dan membantu menggelar karpet-karpet hijau untuk nanti malam.***Sepulang dari Masjid setelah bantu-bantu, sampai rumah aku diberitahu ibuku kalau tadi Pipin baru saja kesini. Aku bertanya-tanya sendiri untuk apa dia kesini. Tapi yang ada dipikiranku saat ini adalah memberi tahu tentang kabar Fahmi. Dari pada memberi tahu teman lewat SMS, lebih baik aku beri tahu langsung saja. Pengajian umum Masih sangat lama karena diadakan setelah Sholat Isya’. Karena itulah setelah Sholat Maghrib aku ke rumah Pipin. Aku hanya teras rumahnya sambil bermanain HP. Biasanya memang dia Masih di Masjid. Tapi aku tak tau tadi dia berangkat atau tidak. Tapi tak lama Pipin tiba dari Masjid. Langsung saja aku bicara padanya. Tapi yang paling aku tak suka, kalau dia sudah tahu, dia pasti bilang "wes reti..." dengan muka yang di jelek-jelekan. Hingga aku ubah ke kalimat lain."Kue wes reti Fahmi?""Fahmi lapo?""Opname neng rumah sakit.""He'e no?!" Pipin terkejut."Melane kok ndek bengi pas aku neng omahe, Mbake muni neng rumah sakit. Tak kiro tilik tah lapo" Lanjutnya."Aku ae lagi reti mau teko statuse Hima." Kataku menjelaskan pada Pipin. Dia juga tahu kalau hima adalah sepupu Fahmi."Loro opo ge'e""Mboh, jarene Vonise sesok. Mau lagi di tes. Watake parah kok ngetoro ngono.""Pie tilik?"“Ha...Pitik?” Aku lagi melamun.“Tilik woy!” Bentaknya."Oh, sok ae nek wes reti pasti penyakite" Jawabku yang kemudian mengimbuhi."Kue mau lapo neng geku?""Meh nyileh ces-cesan. Hayo ndek bengi iku aku neng Fahmi ape nyileh ces-cesan barang""Genku kanggo bapaku re.""Yo wes. Sek tak mlebu." Katanya sambil langsung masuk kedalam. Aku rencananya mau jajan disini, tapi nanti saja lah. Mau main HP dulu sambil menunggu Pipin. Bukanya Pipin yang datang, malah Lida lewat di depanku membawa durian yang akan diantar ke rumah Pipin karena memang rumahnya bersebelahan."Wuih, maturnuwun Da, gak usah repot-repot" Celetuku pada Lida dengan Pedenya."Lho, kue... Ayo neng genku" Ajaknya."Moh ah...""Ayo tah..." Perintahnya secara paksa sambil memaksaku masuk dan menarik tanganku. Singkat cerita aku diajak Masuk kedalam melalui pintu samping. Ternyata disana ada pacarnya yang sedang bermain dengan adik Lida. Adik laki-laki satu-satunya yang masih kelas 1 SD. Tak lama Pipin datang kesini. Tak lama juga pacar Lida pun berpamitan untuk pulang. Disusul Pipin yang pulang. Ya, tinggal aku sendiri yang dibawakan durian dan rambutan juga oleh Orangtuanya. Tapi aku tak langsung pulang karena ada hal yang ingin aku bicarakan. Kamipun menuju ruang tamu."Teko ndi kue mau?""Teko Jeporo""Ditakokno kue mau Da" Ujarku"Sopo?""Iku..." Lida pun langsung tau siapa yang aku maksud. Siapa lagi kalau bukan Mas Edi."Hayo, isen aku nda... Aku ki mau SMS ge'e pe lungo. Ncen pe lungo tenan. Tapi pacarku malah teko. Nde'e nek teko gak tau kondo. Akhire ditawani bapakku. Jane isen tapi tak pekso kon melu, akhire gelem. malah pas ono Mas Edi lewat. Aku ewoh ra.""Jarenem ameh mbok putus.""Mboh ah. Aku ape komitmen ae karo janjiku.""Yo sip. Eh Fahmi neng rumah sakit og""Ha.." Dia pun kaget dan aku bercerita tentang status saudara Fahmi itu. Saat aku sedang mengobrol, Adik laki-laki Lida itu suka usil mengganggu kami. Sebenarnya sih cuma mengajak main. Namanya Naja. Sama seperti nama adik Fahmi. Lida memang punya 2 orang Adik. Fifi yang tadi ikut tamasya TPQ bersama Naja adiknya Fahmi."Tak mandi sek yo..." Kata Lida."Ambunee..." Candaku sambil menutup hidung."Jeru..." Katanya sambil Masuk kedalam. Sementara itu, aku bermain dengan Naja. Tapi tak lama Fifi datang ke ruang tamu. Dia datang dengan ciri khasnya yang cerewet tapi lucu. Tak kuduga obrolan Fifi padaku sangat panjang lebar. Dia bercerita tentang liburanya tadi bersama Alumi TPQ. Sambil kulihat piala yang dia raih saat wisuda yang tertulis Juara Terbaik 3. Dari situlah aku dan Fifi berbicara sampai kemana-mana. Padahal biasanya tak pernah seperti ini. Hingga tak lama ayahnya keluar dan menengok keadaanya. Dan seperti dugaanku. Ayahnya memang suka mencomblangkan aku dengan Fifi. Padahal aku sudah punya pacar. Its not good.***Tak terasa sekarang sudah Isya’. Meski sebenarnya sudah dari tadi Adzan Isya’, tapi aku baru saja pulang. Jadinya aku Sholat dirumah. Aku pun segera memakai pakaian rapi dan bergegas ke Masjid. Untung belum dimulai sehingga aku sempat sedikit membantu proses jalanya pengajian umum malam ini. Meskipun sendiri tanpa semua teman-temanku yang lain. Setelah selesai semua, aku duduk di serambi yang paling belakang supaya aku dapat bersandar di dinding. Kok seperti cicak saja ya. Pikirku dalam hati.Saat sholawat pembukaan sudah dimulai, akhirnya nampak seseorang yang sudah jarang aku lihat, duduk disebelahku. Tingginya se Fahmi. Berarti se leher Wildan. Dia bersama Sigit. Pasti kali ini Sigit yang mengajaknya."Kene lho Mo." Kataku pada Tomo. Dia hanya duduk sambil tersenyum seperti biasa."Eh, kue ngerti kabare Fahmi?" Lanjutku membuka obrolan."He'e. jarene ibuku ge'e neng rumah sakit.""Kue reti loro opo?""Gak reti.""Gak tilik?""Sembarang" Jawabnya sudah kuduga seperti biasa."Tapi jarene sesok lagi reti hasile. Lagi di tes dokter jare." Kataku sambil melirik kearah Sigit yang juga melihat ke kami. Mungkin sejenak saat ini obrolan kami kemana-mana. Tak peduli akan tempat ini. Namanya juga pengajian umum. Dan memang sampai akhir acara, hanya Tomo dan Sigitlah teman yang ada disini.***Panas sekali udara siang ini. Namanya juga hari Jum'at. Jadi setelah Jum'atan dari tadi, Aku duduk saja di ruang tamu sambil Facebookan dari tadi. Tapi tak lama HPku berdering. Aku kira dari Pacar. Ternyata dari Tomo."Gak tilik Fahmi?" Aku berpikir sebentar untuk membalasnya."Neng ndi?""Neng omah ge'e wes. Mau wes Jum'atan""Wes Jumatan leh wes waras. Lapo kok ditiliki?""Oh, ya wes"Tak terasa sekarang sudah sore. Seperti biasa aku harus mandi, dan menunggu Maghrib di rumah Pipin. Kebetulan saat itu dia ada disana. Dia bercerita tentang Fahmi. Katanya saat itu Pipin mengantar undangan Jami'iah Al Berjanji ke rumah Fahmi. Dan ternyata Fahmi ada dirumah. Sangat mengejutkan sekali keadaan Fahmi. Jalanya perlahan-lahan menuju ke teras rumah. Mukanya sangat pucat. Badanya makin kurus. Yang paling parah adalah saat Fahmi bicara, pasti terbata-bata. Apa yang sebenarnya terjadi?Fahmi menceritakan semuanya pada Pipin. Sungguh mengejutkan, kalau anak seusia Fahmi terserang Stroke Ringan karena Kolestrol. Merasa iba, Pipin disana agak lama dan mengobrol banyak dengan Fahmi.Sungguh mengerikan keadaan Fahmi saat itu. Bahkan sangking sakitnya, fahmi bilang"Engko nek aku gak iso waras pie?" Tampaknya Fahmi memang sudah berputus asa saat itu. Serasa memang cukup sampai disinilah perjalananya. Penyakit yang menggerogoti tubuhnya, juga menggerogoti rasa yakin akan kesembuhanya. Sehingga dia berpikir tak dapat sembuh lagi. Sungguh malang nasibnya. Rasanya sedih mendengar cerita Pipin."Tapi mau tek ge'e neng mesjid?" Tanyaku penasaran. Kan kalau dia sakit harusnya tidak ke Masjid dulu."Mboh, ayok rono. Angger dolan-dolan tok ngono lho ben seneng""Sembarang sih" Jawabku. Tapi kenyataanya, berhari-hari sudah terlewati, kami tak pernah berkunjung ke rumah Fahmi. Karena waktu yang kurang tepat mungkin. Malahan saat aku kerumah kakak sepupuku, aku pun juga menceritakan keadaan Fahmi. Kakak sepupu perempuanku ini memang kenal Fahmi. karena dia pernah menjadi gurunya dan guruku juga waktu di TPQ sana."He'e no nang? Mau tek ge'e lewat kene boncekno cah cilik?""Cah cilik? Oh ponakane iku. Mosok sih? Berarti yo wes waras" Cukup lega rasanya mendengar keadaanya sudah baik. Dan ketika teman-temanku bilang ingin mengunjunginya, aku bercerita kalau dia sudah berani naik motor memboncengkan keponakanya. Berarti dia sudah sembuh. Tapi memang sudah hampir sebulan aku tak bertemu denganya. Apa lagi Februari ini aku sudah menjalani kegiatan Prakerin atau magang. Semua anak SMK pasti akan menjalaninya. Ini adalah kegiatan praktik bekerja di perusahaan tertentu sebagai bekal masa depan dunia industri. Bahkan sekarang aku sudah tak menjadi guru les lagi demi fokus kegiatan ini.***Januari telah berjalan meninggalkan jejak kisah yang terukir abadi dalam kenangan masing-masing insan. Banyak yang terjadi di tahun ini. Apalagi ini termasuk awal tahun 2014. Dan sekarang tak terasa sudah memasuki bulan kedua dengan hari yang paling sedikit diantara kedua belas bulan lainya. Dan bulan ini adalah awal mula kesibukanku selama 3 bulan kedepan. Aku sudah mulai berangkat PRAKERIN (Praktik Kerja Industri) di Telkom Kudus. Setiap hari aku berangkat jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Untungnya seminggu aku libur dua kali. Tiap sabtu dan minggu.Meskipun aku sibuk, tapi Masih seperti biasa setiap hari kamis Aku dan teman-temanku akan berangkat ziarah ke Makam Sunan Kudus. Dan setelah Sholat Maghrib, aku langsung kerumah Pipin. Dan sepertinya Wildan juga ada di belakangku baru pulang dari Masjid. Tak lama, langkahnya sudah sampai disebelahku."Ayo wil, ziarah" Ajaku padanya."Aku pe ngejekno sek.""Neng ndi?""Iku, kono." Sambil menunjuk rumah didekat rumah Pipin."Oh, yo wes" Kataku agak kecewa. Tapi tak apa. Aku masih tetap disini. Dan untungnya Pipin tidak sama seperti Wildan. Masak cuma aku dan Pipin? Yasudah kalau begitu kami tidak ziarah saja. Cuma mengobrol saja disini. Sesaat kemudian ada suara motor kearah kami. Seseorang yang berusia sebaya kami, tapi posturnya tinggi dan agak kurus. Ternyata Indra, sepupu Pipin. Dia satu kelas dengan Pipin. Biasanya kalau kamis dia kesini, itu pasti dia mengajak teman sekelasnya yang lain untuk ziarah juga. Tapi menunggu mereka, waktu Isya’ tiba lebih dulu. Yasudah saat ini Indra dan teman-temannya saja yang ziarah. Aku mengobrol disini menunggu kepulangan Wildan dari tahlilan dirumah tetangganya. Meski sudah Adzan Isya’, kami tak pergi ke Masjid. Tetapi malah asyik mengobrol disini.Dan memang benar, setelah ku SMS Wildan berkali-kali, akhirnya dia datang juga membawa sepeda dengan celana pendek 3/4nya."Lapo?" Tanyanya dengan wajah tanpa dosa."Gak popo. Jagong wae.""Ayo werewolfan." Ajak Wildan pada kami. Wildan memperkenalkan permainan yang diketahuinya dari komunitas Stand Up Comedy. Cuma Wildan yang pernah main. Jadi kami mengikuti perintahnya. Sebenarnya dulu dia sudah pernah cerita tentang bagaimana mainya. Intinya semakin banyak pemain, semakin baik. Dan sayangnya kita cuma bertiga.Akhirnya aku SMS teman-teman yang lain. Tomo, Niko, dan Husain. Tidak Fahmi karena aku tahu mungkin dia butuh istirahat. Dan syukurlah mereka semua bisa. Jadi total pemain ada 6. Masih kurang cukup untuk bermain. Akhirnya kami tunggu Indra dan teman-temannya pulang. Sekian lama menunggu, mereka pun tiba. Indra dan Ardi. Mungkin ini jumlah yang lumayan cukup. Dan sekarang tinggal mencari tempat untuk bermain."Maine neng ndi Wil?" Tanyaku."Mboh yo, Fahmi pie?""Nek ge'e melu, otomatis yo neng omahe. Gak mungkin wani dolan. Bengi-bengi yo gak apik""He'e yo, neng genem pie?""Yo, wes sembarang""Sugatane yo" Celetuk Pipin tanpa dosa."Hahaha" Aku tertawa kecil. Setelah itu Pipin tanya kepada temanya, dan mereka bilang mau. Akhirnya kami mengecualikan Fahmi dan berbondong-bondong kerumahku untuk bermain di malam ini. Entah kenapa kami tidak jadi-jadi ke rumah Fahmi. Bahkan malam ini malah bermain di rumahku. Jadi sama sekali kami tak ke rumah Fahmi. Padahal sudah lama sekali sejak dia belum sakit. Hanya Pipinlah yang terakhir kali melihat keadaan Fahmi yang sangat mengenaskan. Bahkan saat ini aku tak tahu dia ada dirumah, ataupun Masih dirumah sakit. Tapi terakhir kali Pipin kesana, Fahmi sudah pulang kerumah.Meskipun sebenarnya tak terfikir sedikit benakku tentang Fahmi. Aku sama sekali tak peduli saat ini karena aku sangat sibuk sekali di Awal bulan Februari ini. Berlatih dan Belajar menjadi pekerja yang baik harus ditekuni di masa Prakerin ini. Hingga aku tak mengingat sedikitpun kondisi luar. Meskipun yang aku dapat hanya capek. Apalagi fisiku termasuk lemah. Jika kaki atau tanganku suhunya dingin, rasanya nyeri sekali sampai kesendi. Ini biasa terjadi ketika aku kecapekan. Mungkin ini keliatan seperti bukan penyakit biasa. Tapi sebenarnya tak cuma aku yang pernah mengalami seperti ini. Lida temanku juga begitu. Tak sengaja memang ada kesamaan diantara kita.Tapi aku benar benar tak kuat. "Arrrgghhhh" Aku hanya bisa mengerang kesakitan malam ini. Sudah sangat larut dan aku belum bisa tidur karena rasa sakit di kakiku sampai ke tulang. Sangat sakit sekali sampai terkadang air mata ikut keluar. "Arghhhh" Aku hanya bisa meringis kesakitan sambir terbaring di kasur yang dingin ini. Hingga kuputuskan untuk tidur dibawah saja yang menurutku hangat.Memang lumayan nyaman dari pada kasur yang terkena rembesan udara malam dari dinding hingga membuatnya dingin. Kucoba sambil memijit kakiku sendiri hingga terkadang merasa nyaman. Sangking ngantuknya, tak terasa mataku ikut terpejam perlahan. Serasa nyaman ketika aku sudah berhasil tidur.Tapi tak lama aku memejamkan mata, tiba-tiba suara keras mengagetkanku. Bukan hanya aku. Tapi Orang tuaku juga. Bahkan satu rumah ikut terbangun. Ternyata hanya suara handphone. Dengan mengantuk, ayahku mengambilnya dan mengangkatnya. Namun tak terdengar suara orang. Sungguh aneh. Padahal terlihat jam di dinding sudah jam 1 malam. Sungguh aneh. Aku terlanjur terbangun dan akhirnya susah untuk kembali tertidur. Kakiku kembali sakit dan kali ini lebih kuat dari yang tadi."AAARRRGH....Astaghfiruuulllaaaah.." gumamku sendiri supaya dapat terlepas dari rasa sakit ini. Masih kucoba memijitnya seperti tadi. Namun sangat susah sekali kembali tidur. Entah kenapa aku menderita penyakit seperti ini? Tapi aku wajib bersyukur. Setidaknya tak seperti sakit yang diderita Fahmi saat ini. Entah dia sudah sembuh atau belum. Aku hanya dapat membaca Istighfar, sambil bersyukur dan meneteskan air mata menahan penyakit ini hingga aku dapat tertidur kembali.***Alhamdulillah meski semalam aku sangat kesakitan, tapi pagi ini aku dapat terbangun dengan keadaan sehat dan Masih bernyawa. Tetapi aku Masih sangat kurang tidur. Karena itu setelah Sholat shubuh aku kembali tidur. Lagi pula kantor dimulai jam 8. Enak sekali rasanya tidur diwaktu pagi seperti ini. Mimpi yang masuk menjadi seperti imajinasi yang nyata. Tapi masih kelabu dan tak jelas karena aku tak dapat mengingatnya.Sebenarnya meski sudah jam 7, mataku masih saja mengantuk. Tapi kucoba bangun dengan menggerakan bada sedikit. Lalu aku minum sedikit air dingin dari lemari es hingga membuat mataku menjadi agak terang. Rasanya sudat tak mengantuk lagi sekarang. Dan kalau aku bangun tidur, aku belum merasa lapar. Tapi bagaimanapun aku harus tetap sarapan karena nanti seharian aku praktik. Setelah itu aku pun langsung mandi dan berpakaian rapi, lalu langsung berangkat ke kantor seperti biasa. Denga rasa semangat karena kondisiku sudah fit tak seperti tadi malam. Kujalani saja hari ini dengan serius.***Setiap hari di Kantor ini tak terasa lebih cepat berlalu dibanding di luar. Apalagi setiap hari Wifi disini menyala dengan kecepatan yang lumayan cepat. Waktu terus aku gunakan untuk Online dan mengerjakan tugas-tugas yang masih membebaniku saat ini. Tapi tak terasa Adzan Dzuhur tiba. Kemudian bergegaslah aku ke Mushola kantor yang saat itu tak begitu ramai. Memang kalau waktu Dzuhur tak begitu ramai. Tapi ketika Asyar, Jama'ahnya tak muat disini. Sehingga dibuat Kloter. Ada ada saja. Tapi memang namanya Mushola memang tak seluas Masjid. Meskipun kecil, tapi tak kalah. Diruang sekecil ini, ACnya ada dua. Padahal aku tak begitu suka dengan suhu dingin. Apalagi jika ingat rasa semalam.Akhirnya suhu dingin Mushola itu membuat Sholatku tak khusyu'. Dan aku berharap segera selesai hingga aku bisa cepat-cepat ke kantin. Tapi lagi-lagi rasa tak khusyu' semakin bertambah karena HP yang ada disaku celanaku bergetar. Sepertinya ada SMS masuk. Tapi aku tak memperdulikanya. Aku Masih melanjutkan sholatku sampai akhir dan masih kulanjutkan dengan berdzikir setelah itu.Keluar dari mushola, aku langsung memakai sepatu dan menuju kantin disebelah. Sebenarnya aku sudah bawa bekal. Tapi karena aku tak bawa minum, aku hanya beli minum disini. Menunggu aku dilayani penjual, aku baru teringat tadi ada SMS masuk. Aku ambil HPku dan mulai kubuka HPku dengan perlahan. Tiba-tiba mataku terbelalak. Nafasku mendadak berhenti sekejap membaca SMS dari Pipin."Innalilahi, Fahmi Meninggal Dunia."Seketika aku kaget dan mataku semakin terbuka lebar dan Shock. Mendadak nafsu makanku hilang. Ditambah perasaan sedih yang tak menentu datang."Innalillahi... Wainna ilaihi Raji'un..." Dialah maha pemilik segalanya, Dan kepadanyalah semua akan kembali. Tak kusangka Fahmi teman baik kami akan pergi untuk selamanya. Sungguh kacau pikiranku saat itu. Bahkan aku tak ingat apa penyebabnya dia meninggal. "AAhhhhh" aku bingung. Untung Es pesananku segera selesai. Langsung saja dengan perasaan kacau aku keruangan kantor. Keadaanku sangat gelisah. Aku serasa sangat bingung. Detak jantungku juga tak beraturan. Apalagi batreiku sudah lemah. Aku ingin menyebarkan kabar ini ke orang lain di kontaku. Tapi batraiku tak sejalan dengan keinginanku. Hingga hanya cukup untuk SMS Pipin dan aku minta dia memberi tahu kapan Fahmi akan dimakamkan. Dan bila HPku terlanjur mati, aku minta Pipin SMS ke nomer temanku karena saat itu Pipin belum tahu kapan Fahmi akan dimakamkan. Bahkan aku tak tahu Pipin tahu kabar ini dari mana. Karena kalau melihat jamnya, ini baru jam 12 yang artinya jam sekolah Masih berlaku.Waktu seperti berjalan lambat. Batreiku sudah sangat lemah. Tapi masih menyala. Akhirnya SMS Pipin Masuk dari HP temanku karena tadi aku sudah bilang supaya SMS ke nomer temanku. Katanya Fahmi akan dikebumikan sore ini jam 4. Terpaksa aku harus ijin pulang lebih awal demi rasa solidaritas seorang teman. Apalagi sudah lama aku tak pernah melihatnya. Aku tak ingin menyesalinya.Waktu memang terasa lebih lama dari biasanya, tapi akhirnya Adzan Ashar sudah berkumandang. Aku langsung berpamitan dengan pembimbing prakerinku dengan alasan temanku meninggal. Tanpa basa basi langsung saja aku diijinkan untuk meninggalkan kantor. Aku buru-buru pulang kerumah. Sesampainya dirumah aku charge HPku, dan langsung saja aku mandi tanpa melihat sekarang jam berapa. Mandi, Sholat, kemudian kuambil HPku yang baru sebentar aku charge dan langsung menuju keMasjid. Masjid sudah sangat ramai dengan para pelayat. Tapi jenazah Fahmi belum ada dimajid. Aku langsung belok saja menuju ke rumah Pipin. Dan ternyata Pipin belum siap apa-apa. Katanya dia mau pergi sebentar. Dan aku rasa aku disini sendirian.Aku baru ingat kalau HPku belum aku nyalakan. Dan ternyata setelah aku nyalakan ada SMS dari Niko. Niko ini kakak kelasku dulu waktu MI. Tapi sekarang dia kelas 3 sekolah di SMK Wisudha Karya yang berarti kakak kelas Fahmi. Dia tanya siapa yang meninggal. Langsung kujawab Fahmi. Tak peduli entah dia kenal atau tidak. Tapi akhirnya dia menelfonku dan bertanya untuk kedua kalinya. Aku ajak saja dia ikut. Bahkan dia belum mandi katanya. Aku bilang tak apa. Hingga akhirnya Niko mau kesini dan menyuruhku untuk menunggu. Aku tengok arah timur, tampak disamping Masjid banyak Anak berseragam OSIS. Aku yakin mereka semua teman Fahmi. Bagaimana mereka bisa tahu kalau Fahmi meninggal. Padahal baru saja jam 11 tadi. Masak Fahmi tadi sekolah? tidak mungkin.Aku melamun sendiri dan berfikir. Tapi kemudian lamunanku dibuyarkan suara motor dari arah barat. Aku kira Niko. Ternyata Mas Edi. Dia hanya menyapaku saja. Sudah lama juga aku tak melihatnya. Penampilanya juga agak berbeda. Seperti orang yang habis sakit. Kami hanya mengobrol kecil saja hingga Niko akhirnya datang. Langsung saja aku turun dari motorku, dan aku membonceng ke Niko dan segera ke Masjid supaya tak ketinggalan.Masih menunggu jenazah Fahmi dibawa ke Masjid, terdengar suara motor dari belakangku. Ternyata itu Luluk. Kawan lama kami yang paling besar badanya. Dia kakak kelas aku dan Fahmi waktu masih di TBS. Aku jarang bertemu karena selama ini dia jarang keluar rumah. Sama sepertiku, dia juga merasakan duka dan tak menyangka. Tapi ini bukan saatnya untuk membahas itu. Aku coba saja melihat kedepan. Ternyata tampak ada beberapa teman kami lagi.Husain yang sedang bersandar di tembok timur Masjid terlihat bersama dengan Tomo dan Sigit. Baru ingat kalau Husain satu sekolahan dengan Fahmi. Tingginya hampir sama dengan Fahmi. Cuma waktu seperti inilah yang dapat menyatukan kami. Langsung saja Aku, Niko, dan Luluk menghampiri mereka."Iki ceritane pie kok do reti?" Tanyaku pada mereka semua. Tapi Husain yang menjawab dulu"Aku mau di SMS Pipin, pas pelajaranku kosong. Langsung aku neng kantor, kondo wali kelase Fahmi. Langsung kancane tak kandani ra, melane do Kumpul ndek kene. Iko guruku" Husain menunjuk kearah seorang laki-laki di serambi Masjid."Aku malah gak di SMS. Tekan omah aku dikandani Ibuku" Ujar Tomo agak kesal tapi tetap dengan tampang biasa."Aku jane pe SMS meneh, tapi batuku entek mau. Aku ae langsung ijin kok. Jane ijeh PKL." Kataku mendinginkan masalah. Hingga kemudian kami mengobrol masing-masing. Aku mengobrol dengan Luluk yang membahas Masalah sekolah di TBS. Karena Luluk sekarang masih sekolah di MA TBS. Niko dengan Husain juga mengobrol sendiri membahas sekolahanya karena mereka satu sekolah. Hanya saja lebih tua Niko satu tahun. Seringkali juga aku ajak Tomo mengobrol.Hingga kemudian Jenazah Fahmi tampak sudah di bopong beberapa orang masuk ke Masjid menggunakan kereta kencana warna hijau. Sungguh haru aku melihatnya. Tapi aku tak mau meneteskan air mata sekarang. Bukan saat yang tepat."Eh, ayo melu nyolati. Tapi aku lali carane kok" Ajaku pada yang lain."Piye yo? Aku si iso, tapi bacaane lali" Kata Tomo."Seng telu Allahumma lfirlahu, seng keempat kanggo keluarga Allahumma La tahrimna..." Niko terlihat Masih ingat."He'e iku.. piye?" Tanyaku agak semangat karena dia tahu."Mboh, lali terusane aku" Mengecewakan sekali jawaban Niko."Wes ah, ayo tah angger melu nyolati. Angger nganut-nganut ngono lho" Ujar Sigit yang tak masuk akal. Maklum saja dia masih anak-anak."Halah wes gak usah ah, wes dimulai kok. Penteng melu neng makam" Kataku meluruskan masalah ini. Akhrinya kami semua menunggu di luar saja. Sampai akhirnya Pipin baru saja tiba disamping kami. Ternyata tak lama dia pergi. Sekarang dia sudah siap. Serasa lengkap, tapi kurang satu. Hanya Wildan yang tak ada disini. Padahal sudah ada Pipin, Tomo, Sigit, Luluk, Niko. Entah kemana Wildan aku tak tahu.Seiring kita melangkah, detik usia semakin runtuh. Nyawa semakin berkurang, usia semakin bertambah. Setiap detik kita akan mendatangi kematian. Entah dengan jalan yang berguna, ataupun sesal penuh nista. Hanya amal yang dapat menentukan.Hidup sungguh indah. Lahir dengan tangis, dan orang yang melihat akan tersenyum. Namun meninggalkan dunia akan membuat orang didekatmu menangis meskipun kamu tersenyum disana. Sebagai teman-temanmu, kami semua akan mengantarmu sampai gerbang liang lahat. Maaf jika hanya sampai disini kami dapat menemani.Sudah sangat lama rasanya aku tak melihatmu. Dan kali ini aku hanya dapat melihatmu dibalik kain kafan suci nan wangi. Aku tak sanggup melihatmu. Seringkali kupalingkan wajahku untuk menahan tangis. Tapi tetap do'a kami akan selalu menyertaimu. Rest In Peace. Beristirahatlah dengan damai. Bagiku kamu belum mati. Hanya saja mendahului kami untuk pindah kealam selanjutnya karena mungkin kamu sudah siap melihat indahnya surga. Sampai bertemu disana kawan. Suatu saat, kami juga akan menyusulmu. Entah kapan tiba Masanya.***Setelah dari makam, aku tak langsung pulang dulu. Kami semua berhenti dirumah Pipin. Kecuali Luluk yang harus menjaga rumahnya. Semua dari kami kelihatan murung. Namun tetap tersenyum meski ada rasa hampa kehilangan seorang teman. Pipin sudah duduk di kursi, aku duduk diatas motor. Tomo, Husain dan Sigit juga ikut duduk. Niko yang paling jauh masih di atas motor sambil bermain hp."Wildan neng ndi?" Tanyaku pada Pipin."Basket. Gelo wonge""Oh.." Dari cara menjawabnya dia agak sebal karena hanya Wildan yang tak ada disini. Tapi aku tak begitu peduli dengan apa yang terjadi. Akhirnya kami mengobrol tentang Fahmi."Kue mau sekolah kok iso ngerti?" Tanyaku pada Pipin"Aku mau bebas, wes pokoke neng kelas koyok wong gendeng. Ono seng do mblurut, wong jame Kimia. Do males. Malah aku di SMS mbakku. dikandani nek Fahmi tinggal. Yowes ra aku mbalek ae. Terus SMSe tak alihno neng wong kene-kene seng kenal Fahmi.""Kue gak SMS Tomo?""Aku gak ndue. Ndi mo? Aku kei nomermu." Ujar Pipin."Ijeh ajek seng tri ndisek." Tomo meraih HP Pipin dan menuliskan nomernya."Munggoh batuku gak ntek leh aku SMS kabih" Kataku. Husain dan Niko sibuk sendiri bermain HP."Langsung kaget aku di SMS mbakku." Kata Pipin dengan senyum palsu."Gak kue tok sih.. aku mau sampek gak doyan mangan kok. Tapi mergo ngeleh yo tetep mangan. hahaha" Candaku menyegarkan suasana. Kemudian Lida keluar dari rumahnya. Keliatanya dia habis dari pergi."Teko ndi Da?" Tanyaku."Teko omahe Fahmi. Karo Ibuku mau. Saake kok. Kancane wedok mau do nangis neng kono.""Heem no? Mungkin iku seng neng kelase disenengi iku. Lali aku jenenge.""Oh, koncone Wildan ndek SMP iku." Sahut Pipin."Mboh yo.. Emang jarene keno opo da?""Jarene sih komplikasi." Kata Lida menceritakan yang terjadi. Saat itu memang Fahmi sudah merasakan detik terakhirnya. Dia bilang merasa ketakutan. Hingga Ibunya memeluknya. Dan ternyata akhirnya dia menghembuskan nafas terakhir dipelukan ibunya. Senin, 17 Februari 2014 jam 11 Siang.Dan rencana dimakamkan jam 4 sore. Karena itu siang harinya sudah banyak persiapan. Termasuk keranda yang ada di Masjid juga sudah terbuka. Semua orang disekitar Masjid bertanya-tanya. Termasuk Ibu Pipin. Ternyata mendapat jawaban kalau Fahmi sudah meninggal dunia. Diberitahukan ke Kakak Pipin yang akhirnya melalui Pipin diberitahukan kepada kami semua. Dan melalui Husain kabar itu terdengar ke teman-teman sekolahnya. Andaikan tak ada mereka semua, mungkin saat itu tak ada yang mendengar kabar Fahmi lagi. Itulah manfaatnya persahabatan. Kita tak akan bisa hidup sendirian.Sekarang hanya tinggal mengenangnya di dalam untaian air mata. Semoga saja dia mendapat tempat yang baik disisinya. Bahkan ketika aku membuka akun Facebooknya, aku masih tak sanggup menahan kesedihan ketika melihat kiriman dari sepupunya."Terkadang belum bersyukur dengan apa yng kita dapatkan... Semoga cepet sembuh saudaraku...Banyak yang menyayangimu.. jadi, bukalah matamu dan lihat orang-orang yang menyayangi muMuhammad Bahrul Fahmi"Sungguh indah. Ingatlah bahwa kami semua menyayangimu. Dan kurangkai beberapa kisah tentangmu yang akhirnya aku selesaikan tepat dihari Ulang Tahunmu. -07 Maret 2014. Happy Birtday's Kawan.

Kenali kami lewat:

  • w-facebook
  • Twitter Clean

© 2014 Editting by Colah and support with Wix.com

bottom of page