
Cerpen Colah
Antologi
Untuk membaca semua cerpen, silahkan:
Kisah Cerpen Kelima
Kududuk bersandar di bangku coklat. Tanganku menggenggam selembar kertas HVS dengan sebuah bacaan diatasnya. Kelas ini memang kosong. Karena ini hari bebas setelah seminggu kemarin aku melaksanakan ulangan umum semester 1. Tapi aku tidak sendirian di sekolah ini. Karena teman-temanku yang lain berada diluar kelas melihat kebawah melihat siswa lainnya yang sedang bermain volly. Bukan, mereka bukan bermain. Mereka bertanding. Benar sekali karena hari ini adalah acara Classmetting disekolah. Seperi tradisi sebelumnya, Classmetting ini diadakan sampai 5 hari kedepan.
Aku nyaris tak suka mengikuti acara perlombaan seperti itu. Karena aku tak suka kompetensi fisik. Sementara 5 hari itu diisi kegiatan yang paling aku benci. Volly, basket, futsal, badminton, dan sepak bola. Karena itu ku urungkan niatku mengikuti Classmetting ini. Baik personal, maupun perwakilan kelas XI TKJ.
Aku memang kelas XI sekarang. TKJ adalah nama jurusanku. Teknik Komputer Jaringan kepanjanganya. Tentu saja itu jurusan yang hanya ada di SMK. Namanya juga SMK. Karena itu Classmettingya hanya ada kegiatan fisik.
Tapi selebaran yang aku genggam ini membuatku bahagia. Selebaran yang kudapat dari Mading sekolahku. Aku hanya tersnyum kecil dan berdecik kagum membaca pengumuman ini. Tak ku sangka. Akhirnya sekolahku mengadakan lomba menulis Cerpen.
Wow ! Aku tak tau bagaimana cara mengekspresikan ini. Yang jelas aku sangat tertarik dan bahagia meskipun belum tentu aku yang menang. Aku memang sudah sering menulis cerpen, tapi aku tak tahu mana yang akan aku lombakan. Tiba-tiba seseorang datang mengejutkanku
“Lah, Colah.” Aku terkejut dan seketika mengalihkan pandanganku dari kertas itu kearah pintu. Ternyata itu Ivan. Dia temanku yang paling baik. Apalagi di SMK yang terkenal laki-laki dan nakal-nakal.
Colah. Begitulah mereka memanggilku. Karena nama lengkapkku Mohammad Noor Sholachuddin. Ku toleh ke Ivan.
“Ada apa Van?”
“Ayo CS.” Dia mengajakku bermain Counter Strike. Lebih seringnya kami menyebut CS untuk memudahkan mengucapkannya. Kami memang sering main Counter Strike di Lab.Sekolah ketika waktu luang. Kami bermain bersama tema-teman lainnya. Aku memang iingin menerima ajakan Ivan. Tapi selebaran ini tertulis maksimal harus besok aku menumgpulkan cerpen. Sementara itu ivan mendekat kearahku. Sepertinya dia tertarik akan selebaran yang ku genggam ini.
“Hey, itu brosur lomba Cerpen kan?”
“Iya, tapi aku bingung mau ngirim yang mana.”
“Cerpen pertamamu itu keren, yang pernah kamu lombakan.”
Memang benar kata Ivan. Menurutku cerpen pertamaku memang bagus. Bukan cuma aku yang berkata seperti itu. Bahkan semua yang telah membacanya. Mulai dari teman, saudara, temannya teman, pacar, sampai temannya pacarku. Oh iya, guruku juga. Memang sih keren, tapi tetap saja kalah. Tentu saja kalah, karena itu aku ikutkan di sayembara Majalah Nasional. Pasti sainganku ada ribuan.
“Pengennya sih aku iktukan yang pertama. Judulnya Cinta Jangan Salahkan Tuhan. Tapi cerpen itu ada 8 halaman, sementara persyaratannya maksimal 5 halaman,”ujarku.
“Kan bisa diperpendek,”saran Ivan.
“Nggak deh, sepertinya memotong sepenggal saja dapat mempengaruhi ruh dari cerpen tersbut.”
“Wuiih, bahasamu ngeri loh,”
“Hahahaha. Memang begitu kok.”
“Apa kau tak punya cerpen lagi?”
“Aku sih punya empat. Tapi menurutku itu tak lebih baik dari yang pertama.”
“Memangnya kenapa?”
“Ceritanya jelek. Malah mending curhatan anak alay di facebook Van,”
“Hahaaha..Yaudah bikin lagi saja.” Tutur Ivan.
Sedari tadi ia mengobrol sambil berdiri. Kemudian kami pergi ke Lab untuk menyusul kawan kami yang lain. Tapi aku kesana untukmenulis cerpen. Ivan bilan dia akan membantu. “Yes! Let’s make cerpen !” teriaku dalam hati. Semangatku mulai membara meskipun belum tahu apa yang akan aku tulis. Sesampainya didepan pintu Laboratorium, ku lepaskan sepatuku. Kemudian ku tata rapi dirak sepatu yang memang ada banyak sepatu lainnya. Setelah itu kubuka pintu, ternyata memang benar disini sudah banyak teman-temanku.
Kurasa hawa dingin mulai masuk melalui pori-pori kulitku. Sangat dingin sehingga membuatku bergidik. Untung saja aku tetap memakai kaos kaki sehingga tak begitu dingin. Ku lihat temanku asik menggerakkan mouse dan menekan keyboard. Mereka hanya melirik sekejap kearah aku dan Ivan yang baru saja tiba.
“Ayolah teroris, jadi timku.” Salah satu temanku yang bermain mengajakku join ke game CS.
“Nanti, aku dan Ivan mau ngetik cerpen dulu.”
Kemudian aku dan Ivan mencari computer kosong, dan mulai menyalakannya.
“Van, aku tak tahu apa yang akan ku tulis.”
“Mulai dari langkah pertama dong. Pilih tema.”
Aku berpikir sejenak untuk menncari sebuah tema. Namun rasanya pikiranku buntu.
“Aku bingung kok. Coba kau usul tema.”
“Emmm…Bagaimana kalau…tema olahraga,” saran Ivan benar-benar menyebalkan. Dia tak tau kalau aku benci olahraga.
“Olahraga? Kalau temanya olahraga, mungkin ceritanya begini. Ada orang bingung nyari tema buat cerpen, kemudian temanya usul tema olahraga, kemudian yang usul tema olahraga dibunuh, dimutilasi, terus dibuang ke sungai. Gimana?” Ivan terperanjak sejenak kemudian tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha..Lucu sekali kau ini. Oh iya, kenapa tak kau bikin cerpen yang lucu saja?”
“Cerpan lucu? Tapi mana bisa aku mengarang kejadian lucu.”
“Kau ini bagaimana? Barusan ini lucu lho.”
Aku pun diam sejenak dan mulai berpikir. Ku resapi kalimat Ivan itu. Hingga akhirnya ak mendapat sebuah ide. Aku tersenyum.
“Aha ! Yes ! Terimakasih Van. Sudahlah kalau begitu kamu main CS saja. Aku sudah punya ide. Nanti kalau sudah jadi aku kasih tahu kamu.”
“Okedeh..” Kemudian Ivan bangkit dari kursi tempat duduknya dan mencari computer lain.
“Aku teroris !” Teriak Ivan pada teman-teman lainnya.
Kemudian aku mulai mengetik dan berkonsentrasi pada cerita pendek yang akan kubuat.
Satu jam berlalu, akhirnya akku selesai juga. Kemudian aku berlari dari Lab menuju ke ruang Jurnalis untuk mencetaknya. Aku memang dapat keluar masuk ruang jurnalis karena aku menjabat sebagai Ketua di ekstrakurikuler Jurnalistik sekarang.
Setelah aku mencetaknya, kemudian aku mengcopynya menjadi 3. Satu bagian aku kumpulkan diruang OSIS. Bagian lainnya aku serahkan kepada Ivan dan aku simpan didalam tas ku. Lalu aku berlari lagi kembali ke Lab.
Sesampainya di Lab aku berteriak sehingga membuat Ivan yang sedang bermain Counter Strike terkejut.
****
“Van,Van ! Lihat ! Cerpenku sudah jadi !” Kemudian aku menyerahkannya kepada Ivan.
Dia menghentikan gamenya dan sepertinya dia tertarik melihat cerpenku dan langsung ingin membacanya. Aku menunggu sampai Ivan selesai membacanya dan memberikan komentar pada cerpen yang telah ku buat.
“Wah, sip Lah ! Ceritanya simple tapi unik.” Dia mengatakan itu sambil tersenyum. Ivan seperti membaca teks dialog dikertas itu .
Kenapa demikian? Karena kalimat “Wah, sip Lah ! ceritanya simple tapi unik.” Ada pada cerpen yang yang aku ketik. Mungkin semuanya akan penasaran pada isi cerpen itu. Karena sebenarnya isi cerpen itu adalah yang dari tadi anda baca ! mulai dari awal hingga akhir ini.